Jumat, 30 Mei 2008

Demokrasi Terpimpin


Suatu hari pak Legi sedang mampir di sebuah rumah makan bersama beberapa orang stafnya. dasar aji mumpung stafnya sopirnya, alias pak Arek selalu pesan makanan yang paling enak dan tentu saja harganya mahal. Pikir punya pikir wah kalau begini terus boros nih... gumam pak legi sambil mecucu.

Hari berikutnya begitu juga. lagi-lagi pak Arek memesan menu yang paling istimewa. Wah ini harus disiasati agar tidak sembarangan memilih menu makanan kalau pas mampir di rumah makan.

Pada hari ketiga pak Legi berkata pada pak Arek pada saat akan mampir di rumah makan bersama semua stafnya (satu mobil innova penuh): "Nanti kalau memilih menu terpimpin lho, jangan asal pesan.. !" (maksudnya biar ngirit).

"Ya pak..", sahut pak Arek sambil memarkir mobil dinasnya.


Setelah masuk rumah makan, pak Arek duduk di samping pak Legi yang sedang memilih menu yang tepat untuk dirinya dan para stafnya. dengan gaya seorang guide, pak arek menjelaskan kepada pak Legi bahwa menu yang ini enak, dan yang itu tidak enak dan ndeso. Mendengar penjelasan pak Arek keki juga pak legi untuk memilih makanan ndeso. Akhirnya pak Legi memilih menu yang enak dan tentu saja mahal.

Nikmatnya demokrasi terpimpin... kata beberapa orang stafnya.

1 komentar:

pandhulangit mengatakan...

memang begitu...
Boss itu harus disanjung, dibombong, dan sedikit "diakali" kalau tidak mau "diarahkan". Jangan cuma "injjih" saja.

hidup pak Arek!!

MOST WANTED